Ads Top

Menentukan Gaji Desainer Grafis dan Harga Desain di Indonesia



Menentukan Gaji Desainer Grafis dan Harga Desain di Indonesia



Gaji Desainer Grafis

Menanggapi masalah dan menjawab tentang gaji seorang desainer grafis itu tidaklahmudah. Gaji desainer grafis di Indonesia samapai saat ini masih mengacu pada billing company atau seberapa besar billing client yang di hasilkan oleh sebuah perusahaan advertising. Jadi setiap perusahaan advertising mempunyai standar tersendiri dalam memberikan gaji terhadap desainer garfisnya. Dibalik itu semua ada perlu kita sadari bahwa membuat sistem dan membangun perusahaan tidaklah semudah membalik telapak tangan.

Sebenarnya besarnya gaji yang akan di dapat oleh desainer grafis itu bisa ditentukan oleh desainer grafis itu sendiri, dalam arti skill kemampuan dan profesionalisme yang dimiliki oleh seorang desainer grafis. Hanya dialah yang lebih tahu, layak atau tidaknya individu seorang desainer grafis itu mendapatkan gaji yang lebih baik, bukan perusahaan dimana dia bekerja & berkarya. Pengalaman jam terbang ,portfolio, juga merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhinya. Metode ini berlaku dimana saja, baik di luar negeri ataupun di Indonesia, yang membedakan adalah sistimnya. Sejauh kita bisa mengikuti sistim kerja di suatu perusahaan di negara yang berbeda kita akan bisa maju.

Saat ini profesi desainer grafis sudah bukan lagi profesi yang sulit dicari. Tidak seperti 10 atau 15 tahun yang lalu, ketika profesi desainer grafis adalah profesi yang sangat unik. Dimana saat itu desainer grafis mengerjakan semuanya serba manual tanpa menggunakan komputer, istilahnya “dulu manual sekarang tinggal click sudah jadi”. Oleh karena itu persepsi desainer grafis pada saat ini dapat diartikan sebagai sebuah mesin industri desain. Karena skill, kemampuan, kualitas, sistem pendidikan serta lulusan luar negeri dan lokal pun tidak jauh berbeda.
Harga Desain Desainer Indonesia

Tidak ada standarisasi dalam menentukan sebuah harga desain yang dibuat oleh sorang desainer grafis. Harga desain lebih ditentukan dari sampai dimana seorang desainer grafis menghargai skillnya sendiri. Jika seorang desainer grafis menghargainya tertalu murah, maka klien akan senang tapi desainer akan merasa terjebak dalam kontrak kerja yang ujung-ujungnya kerja setengah hati. Tapi jika menaikkan harga seditsaja, maka klien akan mengganggap harga desain yang diberikan terlalu mahal dank lien akan pergi mencari desainer lain yang lebih murah. Karena itu, dalam menetapan harga desain ada satu hal yang harus diperhatikan oleh desainer grafis itu sendiri, yaitu jujur pada diri sendiri. Layakkah desain saya dihargai sebesar ini? Untuk bisa memahami kelayakan harga desain, bandingkan karya desain yang dimiliki dengan karya desainer grafis lainnya, saling tukar informasi dengan teman sesama desainer grafis dalam forum-forum diskusi yang membahas mengenai harga desain.

Dalam dunia desain banyak sekali cara menentukan harga sebuah desain yang diterapkan oleh perusahaan jasa desain ataupun freelance desainer. Ada yang memberikan harga per-paket, ada yang berdasarkan jumlah media, ada yang menentukan flat-price, ada pula yang menetukan berdasarkan rate per-jam atau per-hari kerja dan masih ada beragam cara lain untuk menentuan harga desain. Seorang desainer grafis harus bisa membedakan antara menentukan harga desain dengan mendapatkan proyek desain. Sebuah pekerjaan desain bergantung dari banyak faktor lain seperti relasi, tipe klien, budget, kualitas dan kuantitas desain, dan sebagainya untuk menentukan dasar harga desain yang akan ditawarkan kepada klien.

Standar Harga Desain di Indonesia

Rata-rata klien atau perusahaan yang ada di Indonesia masih kurang bisa menghargai harga desain dengan benar, misalnya jika ada klien yang membutuhkan desainer untuk mendesain logo perusahaan dengan budget lima digit cukup mencari mahasiswa desain grafis. Atau membutuh desain untuk web kantor dengan budget super terbatas yang dilempar melalui email ke milis-milis, yang hasilnya puluhan proposal dengan range harga yang sangat amat besar bedanya saling murah-murahan akan tersaji di dalam inbox. Kemudian fenomena free pitching yang merupakan proses pitching dari beberapa agensi atau perorangan untuk satu perusahaan secara cuma-cuma, dimana hasil desain yang terbaiklah yang akan dipakai atau designernya akan dibayar, hal ini sangat rawan karena perusahaan memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mencuri idea desainer secara gratis.

Desainer sebenarnya orang yang paling menentukan harga desain, bukan klien. Pertama, desainer bisa menentukan desain dari software desain yang dipakainya adalah software yang asli dengan serial key yang asli pula. Kedua, desainer harus mampu membuat copyrighted images-nya sendiri, eksklusif hanya untuk satu klien dan tidak mengambil di internet. Ketiga, desainer harus bisa membuat font atau tipografi yang eksklusif hanya untuk satu klien, bukan mengambil font atau tipografi yang sudah ada seperti dalam CD font.

Desainer Indonesia harus bisa merubah paradigma “client is a king” menjadi “client is not a king”, karena sebenarnya klienlah yang paling membutuhkan kita untuk memecahkan masalah yang mereka miliki dengan solusi kreatif yang dimiliki oleh desainer. Karena itu desainer janganlah merendahkan dirinya sendiri di hadapan klien, mereka tidak akan mencari desainer kalau mereka mampu mengerjakan pekerjaan design mereka sendiri.Klien bisa saja membandingkan harga desainer dengan desainer lainnya, untuk menghindari hal tersebut, maka sekali lagi standarisasi dan kekompakan designer lokal itu perlu, yang bisa membedakan harga itu hanyalah tingkat pengalaman, jam terbang, dan reputasi, semakin tinggi, maka desainer boleh menaikan harga beberapa kali lipat. Hal ini tentu saja harus dilakukan secara hati-hati dan wajar, karena nantinya sesama designer yang amatir atau fresh graduate biasanya akan terjadi perang harga desain yang berakibat fatal terhadap persepsi klien terhadap designer Indonesia serta merendahkan harga dan nilai desain. Berbeda dengan di luar negri, dimana harga desain dinilai sangat tinggi, dikarenakan klien disana sangat menghargai nilai sebuah desain, lain dengan pemahaman klien di Indonesia yang selalu ingin murah meriah.

Standarisasi Gaji Desainer Garfis di Indonesia

Membicarakan standarisasi gaji desainer grafis di Indonesia memang akan menjadi dilema tersendiri, ditengah ketatnya persaingan dan banyaknya lulusan baru, baik dari universitas, diploma atau kursus yang nantinya akan bersaing, mau tidak mau mereka akan saling banting harga guna mendapatkan pekerjaan. Namun, banyak hal yang sangat berpengaruh terhadap nilai gaji yang akan peroleh. Yang paling dirasakan adalah saat desainer melamar sebuah pekerjaan kepada perusahaan adalah faktor “peluang”, semakin besar peluang, maka semakin besar pula kesempatan yang diperoleh oleh desainer memperoleh gaji yang tinggi. Saingan yang semakin banyak tiap tahunnya akan memperkecil peluang desainer untuk mendapatkan gaji yang tinggi dan tentu saja bisa menurunkan gaji standar rata-rata yang diperoleh.

Pihak perusahaan pun juga telah mengetahui tentang hal ini, hingga mereka dengan semena-mena menolak gaji yang diusulkan usulkan oleh desainer. Mereka biasanya menyatakan; “Mahal Sekali!”, “Maaf, budget kami terbatas”, atau “Kami hanya mencari desainer yang bisa digaji 1 juta sebulan” atau pernyataan-pernyataan lain yang bisa membuat desainer menjadi putus asa. Celakanya bila desainer tersebut sangat membutuhkan pekerjaan, akhirnya desainerpun menyerah dan menerima dengan berat hati.

Ada beberapa cara yang bisa menjadi perhatian desainer untuk bisa menaikan standar gajinya, yaitu ketika melamar pada sebuah perusahaan desainer harus :

1.Memiliki portfolio yang meyakinkan, yang isinya penuh dengan karya atau proyek yang menarik.

2.Membuat sesi wawancara yang positif dan meyakinkan perusahaan.

3.Memiliki kemampuan atau keahlian yang spesifik, baik secara manual atau menggunakan software desain.

4.Pengalaman kerja yang lama, dimana desainer bisa merintis karirnya dengan freelance yang mengerjakan proyek desain.

5.Latar belakang pendidikan atau studi di tempat kuliah atau program yang diambil dari instansi pendidikan yang memiliki sudah nama di mata perusahaan.

Pada dasarnya, kesimpulan yang bisa diambil dari penentuan harga desain di Indonesia umumnya adalah :

1. Desainer di Indonesia banyak yang ‘melacurkan diri’ dengan membuat desain asal buat, menjiplak, kemampuan dan kreatifitas yang tanggung dan lain sebagainya.
2. Harga desain di Indonesia ditentukan oleh cara pandang klien atau perusahaan terhadap sebuah desain karena mendesain itu merupakan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan klien. Banyak klien atau perusahaan di Indonesia masih banyak yang tidak mengetahui arti pentingnya sebuah desain, pesan yang dibawa oleh desain yang baik, dan pengaruhnya kepada klien atau perusahaan terhadap audiens dalam jangka pendek maupun panjang.
3. Ada juga perusahaan yang menggaji desainernya dengan prinsip “biaya desain diambil dari biaya produksi”, sebuah sistem yang menjadikan desainer sebagai ujung tombak bejalannya sebuah perusahaan yang ujung-ujungnya merugikan desainer juga.


No comments:

Powered by Blogger.